Rabu, 16 Januari 2013

jurnal iklan sihir media televisi dizaman modern


SIHIR IKLAN MEDIA TELEVISI DI ZAMAN MODERN PADA MASYARAKAT

ABSTRAK
 In modern times it Television was rated by the public as a magic box that can affect the nature of suggestion and the public mind, it is because that a television in addition to providing actual and factual information, also presents television shows that are entertaining. Television has become part of a modern society that functions other than as a disseminator of information and entertainment, as well as a promotional tool the most powerful product in the mind lead the target audience, to enter the trap through TV ads to viewers eventually willing to spend pocket, just to follow what is offered through a series of fantastic images that have been constructed meaning. Television advertising has colluded with the television media industry and ideology embedded, many reflecting the culture and ideology of capitalism and komsumerisme on any message tucked in citraanya products, will result in the creation of a "lifestyle" in the community who tend to consumptive
Televisi dinilai oleh masyarakat sebagai kotak ajaib yang mampu mempengaruhi sugesti dan alam pikiran masyarakat, hal itu dikarenakan bahwa sebuah televisi selain memberikan informasi secara aktual dan faktual, televisi juga menyajikan acara yang sifatnya menghibur. Televisi telah menjadi bagian dari suatu kehidupan masyarakat modern yang berfungsi selain sebagai penyebar informasi dan hiburan, juga sebagai suatu alat promosi produk yang paling ampuh dalam menggiring pikiran masyarakat yang menjadi target audiensnya, untuk masuk dalam jebakan melalui iklan televisi hingga pada akhirnya nanti pemirsa rela merogoh kantongnya, hanya untuk mengikuti apa yang ditawarkan melalui rangkaian gambar fantastik yang telah dikonstruksi maknanya. Iklan televisi telah berkolusi dengan industri media televisi serta ideologi yang tertanam, banyak mencerminkan budaya dan faham kapitalisme dan komsumerisme pada setiap pesan yang terselip dalam produk citraanya, akan berdampak pada penciptaan “gaya hidup” di masyrakat yang cenderung konsumtif.
Dampak yang ditimbulkan dari pengaruh iklan televisi yang terselip dalam tayangannya itu, merupakan cerminan budaya baru yang lagi ngetred hasil lansiran Global Kapitalism Ideology. Dan kenyataan ini merupakan keadaan yang kontradiktif terhadap budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai keluhuran budi pekerti, sifat sabar dan norma kesantunan yang kita banggakan selama negeri ini didirikan. Hegemoni budaya kapitalis yang terlahir merupakan cerminan dari realitas kehidupan baru, tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dengan tingginya intensitas itu, telah dikwatirkan banyak pihak akan melindas kebudayaan sebelumnya yang sudah tertanam dengan mapan dalam relung-relung kehidupan masyarakat.




Gambar 1.1
http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/files/2012/03/life_of_love-300x224.jpg
Gambar 1.2
http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/files/2012/03/kerjasama-iklan-41-300x211.jpg
.
Pendahuluan
Masih teringat dengan kata-kata Head Line dari sebuah iklan televisi yang diucapkan seseorang aktor dalam selaan pogram acara dengan kata ”Pilih PhanterPastiBener”, ”Orang PintarPastiMinum Tolak Angin”, ”di Lapangan Nike Adalah Raket keDua Para Juara”, ”Taklukkan tantangnganmu” dan ”Yang Lain Jelas Ketinggalan” serta sederetan kata-kata imajiner yang mengudang perhatian seseorang itu, telah terpampang jelas dalam ilusi gerakan para aktor dari berbagai  camera angle  dan bidang, garis, warna, ruang, tekstur serta komposisi dalam irama dinamisasinya animasi teks media yang mengadung pesan terselubung dan terselip dalam kemasan produk, telah terpancar dalam layar kaca serta dalam hitungan detik tanpa disadari masuk dalam pikiran kita lewat lensa mata, ketika kita sedang duduk di kursi sofa sambil makan lemper hasil dari kiriman tetangga yang sedang mengadakan selamatan.
Di zaman modern ini iklan seakan memiliki kekuatan magic atau sihir dalam kehidupan masyarakat.  Sihir sihir itu berupa perintah suatu produk untuk memekainya. Iklan iklan tersebut seakan memerintahkan kita bahkan menakuti kita bila tidak memakai produknya. Pengambaran  iklan merupakan cerminan realitas yang ada dalam masyarakat. Realitas yang tercermin dalam iklan bisa jadi adalah realitas masyarakat yang seksis ataupun realitas masyarakat. Iklan merupakan sebuah tayangan untuk mempromosikan suatu produk atau jasa yang terdapat di sela-sela acara televisi. Iklan juga merupakan salah satu media promosi yang efektif. Tidak heran jika semakin bagus acara televisinya, iklannya juga semakin banyak. Tentunya dalam menampilkan iklan di televisi juga membutuhkan biaya yang tinggi. Tetap saja para produsen berlomba-lomba membuat iklan yang berisikan produk/ jasanya sebagai ajang promosi sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas, terutama bagi pengguna televisi. Iklan ada yang dikemas dalam bentuk yang menarik, ada juga yang terlihat asal-asalan, dari yang masuk akal sampai yang tidak masuk akal, itu hanya demi menarik perhatian konsumen.
Penyajian iklan televisi yang informatif dan persuasif serta dikemas secara menarik dengan menampilikan gambar yang spektakuler hasil perekayasaan gambar dengan sentuhan teknologi audio visual yang mevisualisasikan beragam cerita dibalik beraneka ragamnya kebutuhan hidup, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan teratas, telah mengantar keinginan kita untuk memiliki dari produk yang ditawarkan tersebut. Berbagai macam produk kebutuhan, mulai dari kebutuhan primer demi kelangsungan hidup sehari-hari sampai dengan kebutuhan mewah demi naiknya identitas diri di mata masyarakat, telah membayang-bayangi dan mencuci otak kita, agar kita ikut larut di dalam buaian ceritanya dan berakhir dengan tindakan untuk membeli dari produk yang setiap detik dan menit itu, telah tertangkap oleh mata kita tatkala kita sedang menikmati program acara televisi dengan santainya. Tiap hari dan tiap menit mata kita disuguhi oleh ratusan illustrasi terselip dalam kemasan produk yang diklankan lewat layar kaca dan tanpa sadar kita telah terbius oleh rayuan, bujukan serta tipuan yang menggoda pikiran kita untuk membelinya.
Iklan televisi sebagai salah satu bagain yang tak terpisahkan dari rangkaian tayangan program acara televisi, di mana kemunculannya selalu menghiasi dalam hitungan menit di sela-sela ketika kita sedang menyaksikan Sinetron ”Si Markonah Penyambung Lidah Wanita”, di salah satu sudut ruangan tamu di mana televisi bertengger di depan sofa. Televisi telah menjadi bagian penting dari suatu kehidupan masyarakat modern yang berfungsi selain sebagai penyebar informasi dan hiburan, juga sebagai suatu alat promosi produk paling ampuh dalam menggiring pikiran masyarakat yang menjadi target audiensnya. Kita tanpa sadar telah diperdaya oleh keberadaan iklan televisi untuk masuk dalam jebakannya, melalui rangkaian gambar yang menarik hingga pada akhirnya nanti kita terprovokasi olehnya dan rela merogoh kantong, hanya untuk mengikuti tawaran melalui citraan gambar yang fantastik itu.
Derasnya intensitas Iklan televisi yang dilancarkan melalui media layar kaca itu, telah sedikit banyak mempengaruhi para pemirsa untuk mengikuti jejak dari illustarsi yang telah mengopsesi para pemirsa lewat citraan produknya itu, demi mendapatkan tuntutan ”gaya hidup” yang notabene bagian penting dari kehidupan masyarakat modern. Dewasa ini fenomena gaya hidup masyarakat modern dengan keragaman kompleksitas problema yang ada, telah terserap oleh sebagian besar masyarakat, hal ini dapat terjadi tidak lain dan tidak bukan dari pengaruh tayangan televisi yang dilihatnya. Gejala ini dalam perkembangannya, begitu pesat masuk dalam relung-relung kehidupan dari semua lapisan masyarakat, keberadaannya tumbuh subur di masyarakat perkotaan bahkan hingga kini telah mengepedemi sampai tingkat pedesaan, menyerang siapa saja yang menjadi targetnya, tak peduli anak-anak, kaum remaja bahkan orang tuapun terseret dan telah menjadi mangsa dari proses modernisasi gaya hidup.
Derasnya durasi penayangan iklan televisi dari berbagai macam merek produk, ditengah selipan acara-acara di televisi yang kita tonton setiap hari, telah berdampak pada meningkatnya gaya hidup masyarakat dan bercermin pada citraan iklan televisi. Segala macam apa yang dicitrakan oleh beragam produk konsumtif lewat iklan televisi, akan ditiru oleh masyarakat dan dianggap sebagai alat untuk peningkatan kualitas identitas diri, dalam kehidupan masyarakat modern yang semakin lama cenderung menuju ke arah kehidupan glamour dalam masyarakat kapitalis dan hanyalah melahirkan manusia-manusia konsumtif dan hedonis. Lihat saja cerminan realitas kehidupan remaja dewasa ini, seringnya di kalangan remaja, gonta ganti assesoris mulai dari kemasan handphone, gelang, kalung, cincin ,minuman kaleng, tas, sepatu sampai pakaian ala artis idolanya serta rambut dengan warna warni bagaikan toko cat mowilex berjalan, setiap saat berseliweran di tengah kehidupan kita. Penggambaran tentang penganalogian dampak yang ditimbulkan oleh iklan televisi tidak berhenti di situ saja, para anak-anak sekolah dasarpun ikut bergaya memakai Handphone yang tergolong mahal harganya.
 Fenomena ini akan  mengejutkan lagi ketika sikap para orang tua merasa gatal terbius oleh kegombalan iklan televisi dan ikut-ikutan mempercantik dirinya, ia tak mau kalah dengan anak gadisnya dengan memotong rambutnya gaya seorang artis idolanya menjadi bergelombang bagai rangkaian serutan kayu jati yang melambai-lambai tertiup angin mamiri. Begitu dasyatnya pengaruh iklan televisi terhadap pencitraan gaya hidup seseorang, hingga sampai-sampai orang mau mengeluarkan segala macam kemampuan, meskipun dalam perjanannya diwarnai dengan susah payah untuk meraihnya, demi untuk mengikuti trend gaya hidup yang sudah menjadi bagian penting dalam masyarakat modern. Kenyataannya terkadang apa yang telah mereka keluarkan dengan susah payah, tidak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan… alias gagal total…emang enak dipermainkan oleh gaya hidup hasil lansiran oleh kaum kapitalisme itu…hheeeiii…!!!

Metode
Penelitian ini menggunakan iklan televisi sebagai objeknya, oleh karena itu peneliti melakukan observasi terhadap iklan-iklan yang ditayangkan untuk mendapatkan gambaran tentang iklan-iklan itu sendiri. Observasi ini dilakukan pada minggu pertama bulan Juli 2002 (tanggal 7-13). Untuk mendapatkan gambaran yang cukup menyeluruh, observasi dilakukan terhadap iklan-iklan
yang ditayangkan pada berbagai televisi swasta (RCTI, SCTV, Indosiar, TPI, Lativi, TV 7, dan Metro TV) dan dalam berbagai waktu tayang (pagi, siang, sore,maupun malam hari). Waktu yang digunakan untuk melakukan observasi inidiatur sefleksibel mungkin, disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan peneliti yang lain.
Dari hasil observasi ini peneliti mengolongkan iklan-iklan yang didapat berdasarkan jenis produknya, dan menyimpulkan bahwa produk yang banyak diiklankan adalah produk perawatan pribadi, makanan dan minuman, rokok, obat dan multi vitamin, dan kendaraan. Selain itu, peneliti juga mendapatkan adanya iklan yang bermuatan gender dan yang tidak. Proses perekaman ini dilakukan pada tanggal 6 januari 2013 pada waktu tayang prime time, yaitu pukul 19.00 - 21.00. Dari proses perekaman ini, didapat sejumlah sampel iklan yang kemudian dipilih berdasarkan tujuan penelitian (tabel 1). Untuk kemudian dilakukan analisis awal terhadap iklan-iklan tersebut.
Tabel 1. Sampel Iklan Hasil Perekaman Jenis Produk Seksis Semi Seksis Non Seksis Perawatan pribadi Pond.s Lux - Makanan Royco Blue Band - Kebutuhan rumah Tangga Hit – Rinso Obat dan Multivitamin Irex Supradyn FatigonLain-lain YamahaJupiter
Analisis awal dilakukan terhadap iklan-iklan tersebut guna mendapatkan data-data lebih lanjut mengenai iklan-iklan tersebut berkenaan dengan pemilihan iklan yang akan dipakai sebagai objek penelitian (lihat Kusumastutie, 2003). Dari hasil analisis awal ini peneliti memilih 2 buah iklan yang dianggap representatif, yaitu iklan Pond.s white beauty baru dan sabun.
Penelitian dengan metode semiotika dilakukan terhadap kedua iklan terpilih tersebut. Observasi yang mendalam dilakukan terhadap keduanya sehingga bisa didapatkan deskripsi iklan yang mendetail. Deskripsi ini meliputi aspek visual dan verbal pada masing-masing iklan (lihat Kusumastutie, 2003).
Selanjutnya iklan-iklan tersebut dipilah berdasarkan adegan-adegan yang merepresentasikan sihir iklan. Adegan-adegan inilah yang akan dikenai metode semiotika. Pertama kali adegan tersebut akan dimaknai secara denotatif (signifikasi tahap I), yaitu makna yang tersurat dalam suatu iklan. Selanjutnya akan dimaknai secara konotatif (signifikasi tahap II), yaitu makna yang tersirat dalam suatu iklan. Adegan tersebut akan dikaitkan dengan aspek kultural untuk mendapatkan makna ideologisnya (signifikasi tahap III). Tiap-tiap shot ataupun adegan sihir akan dilihat keterkaitannya, sehingga pada akhirnya bisa dilihat juga bagaimana representasi sihir  iklan tersebut membangun iklan yang bersangkutan secara keseluruhan.


Pembahasan
Menurut Wright (1978), iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Sedangkan Masyarakat Periklanan Indonesia mengartikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
Iklan merupakan salah satu media komunikasi yang memiliki fungsi persuasif. Iklan dapat memberikan pengaruh kepada para penonton. Pengaruh  tersebut memengaruhi perilaku konsumen para penonton. Pengaruh yang diberikan oleh iklan dapat berupa hal yang baik, tetapi dapat pula berupa hal yang negatif. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh lingkungan serta kelas sosial di tempat ia berada. Hal-hal yang baik dapat berupa penambahan informasi sebuah barang atau jasa, sehingga para konsumen dapat mengetahui karakteristiknya. Sementara hal-hal yang buruk yang dapat dipengaruhi oleh iklan adalah sifat konsumtif seseorang menjadi berlebihan. Sifat konsumtif seseorang dapat mengakibatkan seseorang bersikap hedonic, atau mengkonsumsi barang ataupun jasa yang sebenarnya tidak diperlukan olehnya. Untuk itu perlu adanya pengendalian dalam menanggulangi perilaku yang kurang baik dari sebuah iklan. Penanggulangan tersebut berupa pembuatan skala prioritas, perlu selektif dalam mengkonsumsi suatu barang maupun jasa, dan perlu membatasi pengeluaran dalam mengkonsumsi suatu barang ataupun jasa. Penanggulangan hal-hal yang tidak baik dapat menghindari seseorang dari sikap konsumtif yang berlebihan.
Di zaman modern ini iklan sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari hari, seperti perlengkapan rumah tangga, kesehatan, makanan sehari hari, keperluan pribadi, perhiasan rumah, perlengkapan sehari, bahkan kehidupan kita.  Iklan juaga dapat merubah gayap hidup seseorang, seperti mengikuti trend masa kini, apa bila kita tidak membeli produk- produk yang diiklan maka kita dianggap kuno, kurang gaul dan lain-lain.
            Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Hanya dalam beberapa tahun muncul lima stasiun swasta RCTI, SCTV, TPI, AN TV, dan INDOSIAR dan stasiun stasiun yang lain. stasiun swasta ini saling bersaing membuat sajian informasi, hiburan dan pendidikan.  Tentu saja perkembangan seperti itu tidak dapat dilepaskan dari dukungan dana yang besar. Dan sumber terbesar untuk mendapatkan dana ini, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan. Apalagi dengan munculnya televisi swasta, dipastikan jumlah iklan yang beredar akan sangat besar karena memang dibutuhkan oleh pengelola media massa, seperti televisi. Akibatnya, televisi ibarat pasar bebas hasil produk yang ditawarkan langsung kepada masyarakat.

            Ada suatu kisah, ada seorang perempuan yang hendak yang memiliki uang pas-pasan, ia hendak membeli suatu produk yang ada diiklankan.  Ia menonton televisi dan melihat iklan kecantikan. Setelah melihat iklan tersebut tanpa berpikir panjang di langsung ketokoh terdekat untuk membelinya.Akan tetapi kalau ia hendak membeli suatu produk tersebutn maka ia tidak memiliki uang lagi. Ia memberanikan diri untuk membeli suatu produk hanya kecantikan. Sungguh memilukan Dari cerita diatas kiata bisa mengambil kesimpulan bahwa sihir iklan sangat mempengaruhi pola pokir, gaya kehidupan sehari-hari. Cewek tersebut tidak berpikir panjang untuk membeli suatu produk yang diiklankan padahal ia tidak memiliki uang lagi
            Iklan memang dapat mempengaruhi perilaku konsumen  terhadap merek yang diiklankan. Pengaruh iklan pada perilaku konsumen ini  sangat variatif, mulai dari mendorong konsumen untuk mencari produk yang dimaksud sampai dengan mendorong orang yang sebelumnya tidak loyal menjadi loyal .Sihir iklan sudah merambat diseluruh pelosok. Kini iklan sudah merubah pola kehidupan sehari-hari. Pola tersebut antar lain, gaya berpakaian, gaya berpenampilan, gaya berperilaku, gaya memandang tentaang sesuatu, misalnya dulu orang dibilang cantik itu dilhat dari tingkah laku, cara bertutur kata, dan berpenampilan, tidak memandang dia putih atau tidak, akan tetapi sekarang seorang wanita dikatakan cantik ialah memiliki wajah yang bersih, memiliki tubuh yang langsing, kulitnya putih, memiliki rambut yang hitam, lurus, bebas dari ketombe, berpakaian yang menarik dan memakai pakaian serba mewah.
Iklan sudah merambat kehidupan sehari hari. Bukan dari segi penampilan, kehidupan rumah tangga pun diatur oleh iklan.  Perlengkapan rumah tangga yang bagus ialah rumah tangga yang ada di iklan. Dengan ditampilkanya artis dan idola masyarakat  yang dia idam- idamkan maka masyakat tersebut akan membeli produk tersebut dan menganggap produk tersebut yang paling terbaik dan membelinya tanpa pandang ada uang atau tidak karena iklan tersebut ada idolannya.
Iklan juga dianggap penting bagi kalangan kalangan tertentu, seperti pengusaha, pedagang dan orang orang tertentu. Dan dengan adanya media televisi, maka perkembangan periklanan sangat pesat. Kita bisa dapat melihat iklan setiap hari pada saat kita menyalakan televisi dan berjalan jalan di mall ataupun dijalan jalan raya.
Dampak buruk iklan televisi antara lain disebabkan karena berbagai stereotipe yang diciptakan iklan itu sendiri, yang akan melahirkan semacam peneguhan (reinforcement). Menurut beberapa teori, kegiatan persuasi iklan merupakan kegiatan potensial untuk menciptakan image keliru mengenai banyak hal terutama di kalangan anak-anak. Penelitian memperlihatkan bahwa iklan 
1. Pencitraan Pesan dalam Manipulasi Gambar Tayangan
          Iklan televisi adalah salah satu dari bagian komunikasi massa, di mana sasaran yang dituju adalah bersifat heterogen. Masyarakat yang menjadi mangsanya telah mempunyai persepsi berlainan terhadap produk yang di tawarkan, hal ini dipengaruhi dari tingkat pendidikan serta pengalaman seseorang. Sebuah iklan televisi dapat mempengaruhi jiwa seseorang berpretensi terhadap sesuatu pengertian bahwa terdapat sesuatu hal yang tidak beres dengan diri seseorang, oleh karena itu setiap orang berusaha memenuhi kriteria-kriteria tertentu, untuk menutupi ketidak beresan tersebut. Berbagai macam usaha dilakukan guna mendapat sesuatu yang kurang dari dirinya hingga pada akhirnya nanti mendapatkan solusi, dan dapat tampil lebih percaya diri dalam lingkungan masyarakatnya.
            Iklan televisi dinilai mampu menggiring pikiran pemirsa untuk mau mengikuti apa yang divisualisasikan dengan hebatnya, hingga seseorang terbius oleh pesan yang ada dibalik kemasan produk citraanya. Lihatlah seorang gadis karena keteknya bau menyengat ketika melakukan aktivitas, maka teman-temannya meninggalkannya, namun setelah memakai produk rexona yang dipakai oleh temen-temannya tadi, maka kepercayaan diri mulai muncul dan tanpa rasa takut dia menari dengan mengangkat tangan di hadapan temannya yang meninggalkannya tadi tanpa rasa ragu. Bagaimana kekuatan sebuah iklan televisi, dapat mempengaruhi para pemirsa tentang illustrasi yang ditontonnya lewat tayangan televisi. Tidak sedikit masyarakat yang percaya dengan produk produk citraan hasil rekonstruksi dari iklan televisi, hingga masyarakat mau membelinya demi semata-mata menaikkan citra dirinya, seperti dilakukan oleh para gadis-gadis melakukan hal yang sama di layar televisisi itu.
Memasuki Millenium ketiga, perkembangan teknologi telah merubah perdaban manusia menjadi luar biasa, terutama dunia informasi yang membuat komunikasi antar manusia semakin dekat dan keberadaan dunia makain mengecil terasa dalam genggaman tangan. Situasi ini menjelaskan, bahwa “Perkembangan teknologi informasi memungkinkan manusia hidup dalam ruang di mana anggapan mitos “ada” menjadi dunia citraan media massa” (Heidegge, 1999). Kenyataan ini menjawab bahwa teknologi informasi yang berkembang dengan pesatnya, dipakai sebagai alat atau sarana untuk menciptakan suatu kesan bahwa “dunia citraan” bukanlah suatu realitas kehidupan yang sebenarnya, namun dunia dalam angan-angan yang di hadirkan itu, sebagai bentuk realitas yang dicitrakan sebagai representatif dari realitas dunia sebenarnya. Dari sinilah media televisi yang berkaiatan erat dengan kehidupan masyarakat, turut mengekspose dan mengukuhkan citraan dari bentuk-bentuk illustrasi yang tervisualisasi ke dalam alam pikiran masyarakat, melalui program tayangannya itu. Suatu analogi pencitraan dari suatu produk kecantikan, bahwa untuk mempercantik diri, dapat divisualisasikan dengan mengandalkan kemampuan sebuah produk cream kecantikan bermerek “Pound” dapat menciptakan kulit wanita menjadi lebih putih dalam tempo 7 hari. Kategori teks dan makna media yang menjelaskan menjadi lebih putih dalam tempo sesingkat itu, merupakan upaya penerapan ideologi media dalam mengkonstruksi pesan secara persuasif, dibalik cerita atas penggunaan produk yang dicitrakan itu, telah membuat gadis-gadis remaja berramai-ramai menyebur supermarket guna membeli produk serupa seperti tayangan di televisi.
Kemajuan teknologi dalam penciptaan gambar yang begitu spektakuler dengan berbagai macam efek dalam visualisasinya itu, membuat kreatifitas para kreator iklan televisi semakin mudah untuk memproses segala ide kegilaannya, demi terwujudnya pencuci otakan para pemirsa untuk larut dan terbuai dalam tayangan mengikuti alur cerita yang telah didistorsi, hingga pada akhirnya pemirsa terjebak dalam rayuan, bujukan dan berakhir dengan tindakkan tanpa ada perlawanan. Maka dari itu, tidak heran apabila media televisi melalui iklan televisi, menayangkan berbagai macam “pencitraan” dari beragam produk yang saling bertempur dalam satu kepentingan, untuk melumpuhkan pikiran para pemirsa sebagai target audiensnya. Ribuan frame gambar dengan berbagai macam karakter artis yang berakting, mulai dari yang cantik, ganteng, gemuk, kerempeng, lucu, nyentrik sampai hal antik, dalam adegan ringan ataupun mengagumkan hingga orang berkata waaahhhh… Gillaaa !!!…, semuanya berseliweran dari menit ke menit perhari menyerbu alam pikiran pemirsa lewat lensa mata, kesemuanya itu muncul dalam waktu tak terduga di sela-sela asyiknya sedang menonton program acara televisi idolanya. Peristiwa itu terkadang membuat pemirsa menjadi jengkel dibuatnya, karena sangat mengganggu konsentrasi dalam menikmati salah satu program acara yang telah ditontonya, hingga tindakan pindah saluranpun dilakukan.
Bentuk apapun pencitraan oleh media televisi lewat tayangan iklan televisi itu, tidak semuanya benar, namun sebagian telah dipropagandakan oleh para pengiklan lewat produknya itu, merupakan suatu kepalsuan tersembunyi sebagai upaya dalam menciptakan pencitraan lewat kemasan produknya. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Aliram Marxisme Frankfurt menjelaskan bahwa “kesadaran palsu” berdasar pada “Penguraian penciptaan ide yang palsu tentang berbagai nilai serta makna yang ada didalamnya serta hubungan sosial di dalam lingkungan masyarakat dibentuk oleh kekuasaan media” (Graeme Barton, 2008). Tanpa sadar apa yang kita ketahui tentang suatu kebenaran, adalah suatu angan-angan dan pandangan-pandangan serta daya imajinasi, antara ada dan tiada dalam melihat suatu kenyataan yang semu dan tersembunyi dalam realitas sosial masyarakat. Kesemuanya itu dapat diungkapkan betapa dahsyatnya pengaruh iklan televisi terhadap psikologi manusia, hingga mampu memiliki kekuatan mengkostruksi ruang suatu gambar “dunia maya” menjadi “dunia sebenarnya”, dalam suatu mitos yang diyakini dan dipakai menjadi pegangan hidup dalam mengikuti trend center yang berkembang di masyarakat. Dampak dari pencitraan ini telah melahirkan “gaya hidup” masyarakat modern sebagai bentuk hasil dari serangan ideologi media, hingga apa yang didapat dari pengaruh iklan televisi telah menjadi hegemoni budaya dalam masyarakat yang cenderung kearah konsumtif dan hedonis dalam lingkungan masyarakat kapitalis.
Dibalik pencitraan iklan televisi yang secara gencar menyerang pikiran kita, hendaknya diwaspadai misi dibalik pesan dalam kemasan produknya. Karena sebuah “Iklan dalam implementasi di lapangan, merupakan senjata kapitalisme memiliki dua mata pisau dalam menjalankan misinya, yaitu logika pelepasan nafsu dan logika kecepatan, kedua-duanya berperan dalam melenyapkan sosial yang ada” (Piliang, 1998). Kenyataan ini mengatakan, bila suatu produk kapitalis menyerang suatu status sosial masyarakat tertentu, maka budaya sosial lama semakin tergeser dengan budaya baru yang ditawarkan, karena pada dasarnya ketika kemauan atau nafsu suatu manusia timbul dan memuncak di kepala, maka secara cepat itu pula reaksi mereka akan memenuhi keinginannya itu. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan, bahwa iklan televisi yang membawa produk dan pencitaannya sebagai cerminan praktik-praktik sistem kapitalis, akan memusnahkan secara perlahan budaya masyarakat sebelumnya yang telah terbentuk sekian lama, selama bertahun-tahun dimaknai dan dipahami serta dipakai menjadi pegangan hidup dalam, berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Karena pada dasarnya prinsip dari iklan adalah menyampaikan produk baru sambil membawa faham serta budaya baru pula, sebagai pencerminan dari penemuan teknologi hingga menciptakan  peradaban baru dan lama kelamaan akan berkembang di masyarakat.
 Gambar 1.3
http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/files/2012/03/citra-iklan-1.jpg

Kesimpulan dan saran
Dari pemaparan yang telah dibahas dengan beragam sudut pandang, maka dapat ditarik benang merahnya. Televisi telah menjadi bagian dari suatu kehidupan masyarakat modern yang berfungsi selain sebagai penyebar informasi dan hiburan, juga sebagai suatu alat promosi produk yang paling ampuh dalam menggiring pikiran masyarakat selaku target audiensnya, untuk masuk dalam jebakan iklan hingga pada akhirnya nanti kita rela merogoh kantong bahkan sampai bolong plooong… tanpa perlawanan berarti, hanya semata-mata untuk mengikuti apa yang ditawarkan melalui rangkaian gambar yang fantastik itu sebagai pencitraan dari produk kebanggaannya.
Iklan berpengaruh penting dalam kehidupan sehari- hari. Begitu dasyatnya pengaruh “gaya hidup” terhadap psikologi masyarakat negeri ini, sehingga dapat menciptakan kelas-kelas status sosial dan membedakan tentang kedudukan seseorang di masyarakat. Semua ini merupakan hasil dari produk kapitalisme yang menyerang negeri ini dan berkembang cenderung tanpa arah pengendalian berarti, hingga melahirkan insan-insan berjiwa konsumtif dan hedonis. Keadaan ini akan terus terjadi dari waktu ke waktu selama globalisasi tak dapat terbendung dan para penghuni negeri ini tak dibentengi kebudayaan setempat yang kuat.
            Iklan televisi yang dilahirkan dan dibesarkan oleh industri media televisi dengan segala macam ideologi yang banyak mencerminkan budaya dan faham kapitalis pada setiap pesan yang terselip dalam produk citraanya, akan berdampak pada penciptaan “gaya hidup” di masyrakat yang cenderung berjiwa konsumtif dan hedonis. Timbulnya efek negatif pada perilaku insan negeri ini disebabkan dari pengaruh iklan televisi, di mana dalam penayangannya merupakan cerminan budaya baru yang lagi ngetrend di lingkungan masyarakat, hasil lansiran Global Kapitalism yang terbawa oleh arus globalisasi. Kalau hal ini tidak diantisipasi dengan baik, maka dikhawatirkan akan terus tumbuh subur, terutama di kalangan remaja yang cenderung berpola hidup meniru dari tayangan televisi. Dan kenyataan ini menimbulkan suatu pernyataan kontradiktif terhadap budaya Indonesia yang terkenal menjunjung tinggi keluhuran budi pekerti, sifat sabar dan norma kesantunan yang kita banggakan selama negeri ini didirikan. Bila hal ini terjadi secara terus penerus tanpa adanya suatu apresiasi secara intensif di kalangan masyarakat, maka dikhawatirkan budaya keluhuran kita akan tergilas oleh budaya kapitalis yang menjajikan masyarakat bersikap konsumtif dan hedonis serta diwarnai keglamouran hidup, senang berfoya-foya tanpa mau belajar serius hingga menghasilkan generasi goblok…!!!.
            Sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita semua, termasuk kalangan berpendidikan tinggi baik dilingkungan pemerintahan, institusi sosisl, institusi pendidikan maupun masyarakat luas untuk senan tiasa saling mengingatkan, memberikan penerangan dan pencerahan kepada masyarakat, bahwa segala macam yang tersembunyi di balik iklan televisi itu,  tidak selamanya benar. Bahkan ada teks serta makna media telah direkonstruksi dan gambar-gambar fantastik hasil manipulasi hingga dapat menggiring persepsi pemirsa ke arah yang bisa menyesatkan. Persepsi sangat bahaya sekali, bila tayangan tersebut dilihat oleh orang-orang yang tak dibekali dengan daya nalar tinggi untuk memahami makna-maknnya dengan benar.
            Diperlukan suatu ketegasan dari pihak terkait, untuk mengapresiasi tentang pengaplikasian kode etik periklanan dan jurnalistik dalam perancangan program acara televisi, karena perencanaan yang tak berkonsep dengan matang akan menimbulkan permasalahan di masyarakat. Pemerintah lewat Kementrian komunikasi dan Informasi, Komisi Penyiaran Indonesia, Institusi Masyarakat Periklanan Indonesia, Lembaga Konsumen Indonesia hendaknya memberikan sangsi yang keras kepada stasiun televisi dan pemasang iklannya yang ternyata isi pesan dapat merusak moralitas bangsa. Karena dinilai telah melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan dalam penyiaran yang telah disepakati bersama. Ketegasan itu mutlak diperlukan demi mencegah dampak dari tayangan yang membahayakan generasi bangsa ini atau paling tidak meminimalisir intensitasnya.
Daftar Pustaka :
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2187047-pengertian-iklan-layanan-masyarakat/#ixzz2HH2ZmmDq
Burton, Graeme. 2008. Media dan Budaya Populer. Penyadur: Alfathri Adlin. Yogyakarta: Jalasutra.
Labib, Muh. 2002. Potret Sinetron Indonesia: Antara Ralita Virtual dan Realitas Sosial. Jakarta: MU:3.
Susanto, AB. 2001. Potret-Potret Gaya Hidup Metropolis. Jakarta: Toko Buku Kompas Media Nusantara.
Macdonell, Diane. 2005. Teori-Teori Diskursus: Kematian Strukturalisme & Kelahiran Post Strukturalisme Dari Althusser hingga Foucault. Penterjemah: Eko Wijayanto. Jakarta: Teraju.
Yadianto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M25.
Suyanto, M. 2005. Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: Andi.
Rahardi, Kunjana. 2000. Renik-Renik Peradaban. Yogyakarta: Duta Wacana Univercity Press.
Piliang, Yasraf. A. 2001. Hipersimiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna.Yogyakarta: Jalasutra Sadar.
Marlin,  Randal. 2002. Propaganda and The Ethics Persuasion. Canada: Broadview Press
Ellul,  Jacques. 1973. Propaganda : The Formation of Mens Attitudes. Vintage Books
Gunawan, Iwan. 2010. PropagandaWawasan Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya. Jakarta : Institut Kesenian Jakarta.
Djoko Damono, Sapardi. 2009. Kebudayaan (Populer) disekitar Kita. Jakarta : Kompleks Dosen UI.
Marlin,  Randal. 2002. Propaganda and The Ethics Persuasion. Canada: Broadview Press.
Ellul,  Jacques. 1973. Propaganda : The Formation of Mens Attitudes. Vintage Books.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar